Senin, 27 Februari 2012

Lets Go Take Action!!!


SETiap individu memiliki cetak biru dalam mengarahkan hidupnya. Begitu pula guru. Sebagai pengajar dan pendidik, mereka juga harus paham atas aturan-aturan yang mereka miliki, sehingga perannya bisa lebih efektif.

Ada sebuah cerita,
Suatu hari di sebuah ruangan dipenuhi para guru dan kepala sekolah. Mereka sedang berdiskusi tentang cara agar guru bisa menumbuhkan dan mengembangkan potensi murid-muridnya.
Dalam diskusi itu muncul pengakuan sangat menarik dari seorang guru. ''Saya sudah jadi guru selama lima tahun dan saya merasa berdosa. Saya adalah seorang guru matematika. Selama ini saya hanya memindahkan catatan saya ke mereka. Padahal, kelas adalah tempat siswa untuk mengembangkan dirinya,'' ujar seorang guru yang enggan disebutkan namanya.

Yang dikatakan guru itu mungkin juga dilakukan dan dirasakan guru-guru lain yang hanya familiar dengan metode ceramah. Padahal, metode itu hanya cocok untuk anak-anak pintar. Padahal, dari sekitar 40-an siswa di kelas, hanya tiga atau empat yang tergolong pintar.

Ketika itu narasumber bertanya,

''Apakah menjadi guru adalah pilihan Anda?''.

''Ya!'' jawab beberapa peserta dengan lantang.

''Anda yakin?''

''Ya!''

''Kalau jadi miliarder, mau nggak?'' tanya narasumber, yang juga konsultan pendidikan itu, kembali.
Kali ini Peserta mulai-ragu-ragu menjawabnya. ''Kalau Anda cocok dengan kerja tersebut, Anda tak akan pernah mengeluh,'' kata si narasumber. ''Begitu juga jadi guru. Kalau suka, Anda harus live with it. Kalau tidak, leave it. Kalau nggak happy, ya jangan jadi guru.''

Menjadi guru bukan perkara mudah. Butuh tanggung jawab dan keikhlasan yang bersumber dari hati. Guru adalah bukanlah sekedar pengajar yang hanya sekedar memenuhi tugas menyampaikan materi, tapi guru adalah pendidik – yang segala sikap dan kepribadiannya dilihat, digugu dan ditiru oleh anak-anak didiknya. Oleh karena itu, selain memenuhi tugas-tugasnya sebagai pendidik guru juga harus memberikan contoh melalui sikap dan kepribadian yang menyenangkan.

Guru harus tegas tapi bukan berarti galak. Ketika ada anak yang tidak mengumpulkan PR, guru yang baik tak lantas menghukumnya, tapi akan menanyakan alasan anak tersebut tidak mengumpulkan tugasnya dan bila perlu memberinya waktu tambahan untuk menyelesaikan tugasnya. Selama anak tersebut memiliki kemauan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, guru harus bersabar untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya agar bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Guru juga harus membuka diri dan memberi ruang kepada anak didiknya untuk berdiskusi dan bertanya jawab seputar kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan sehingga tercipta suasana pembelajaran yang dinamis, menarik, kreatif, dan menyenangkan.

Guru adalah pekerjaan yang mulia. Tujuannya satu mencerdaskan moral anak bangsa agar kelak menjadi anak yang berhasil dan berdaya berguna sehingga bisa menjadi pemimpin-pemimpin perubahan di masa mendatang. Penulis sengaja memilih diksi mencerdaskan moral karena memang bangsa ini sedang krisis moral. Kalau kecerdasan intelektual semua orang bisa mendapatkannya hanya dengan membaca buku, tapi kecerdasan moral itu harus dilatih dan dibiasakan. Di sinilah peran guru sebagai pendidik menanamkan pengembangan karakter, melatih ,dan membiasakan anak didiknya untuk bersikap jujur, amanah, mandiri, dan bertanggung jawab.

Ada tiga hal di dunia ini yang tak pernah berubah.
Pertama adalah proses perubahan itu sendiri. Jadi, perubahan adalah hal yang mutlak.
Kedua adalah prinsip. ''Orang yang malas pasti bodoh. Orang yang rajin dan kerja keras pasti berhasil,'' .
Yang ketiga adalah selalu ada pilihan dalam dua hal tadi.
Selalu ada pilihan dalam hidup ini. Terserah Anda mau memilih yang mana, baik atau buruk itu adalah pilihan Anda sendiri.

Sebaiknya kita para guru mencari suara hati kita terhadap profesi yang sedang kita jalani. ''Apa benar jadi guru adalah panggilan hati Anda? Kalau ya, maka gunakanlah itu untuk mengubah bangsa ini.''
Perubahan terhadap bangsa dapat kita lakukan melalui perubahan diri sebagai individu terlebih dahulu. Kita tidak mungkin bisa mengubah orang lain jika kita sendiri saja tidak bisa mengubah diri dan pola pikir kita. Jika kita bisa mengubah paradigma kita sebagai guru yang tidak hanya sekedar guru – tetap i yang lebih penting adalah pendidik – maka bukanlah suatu hal yang tak mungkin kita bisa mengubah anak didik kita, lingkungan kita, bangsa, bahkan dunia pun bisa kita ubah. Jadi, mulailah dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan mulai dari sekarang.


Let’s go take action!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan tidak melanggar SARA!

Struktur Teks prosedur

  Pertemuan 6 Rabu, 16 Februari 2022 Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi anak-anak hebat. Apa kabar kalian hari ini? Semoga selalu sehat da...